(pict. safiasafanah)

Setiap manusia pasti pernah tersinggung. Entah itu oleh perbuatan maupun ucapan. Oleh suatu hal yang disengaja ataupun tidak. Besar atau sesuatu yang sepele. Ketika bercanda, mengobrol, maupun melakukan aktivitas lainnya. Pasti saja, ada sesuatu yang membuat seseorang merasa tersinggung. Sebab tersinggung, menurut saya, adalah salah satu emosi yang tidak bisa ditolak.

Rasa tersinggung muncul, karena keinginan untuk dimengerti tak juga ada yang memahami. Atau, kita kecewa oleh sesuatu yang belum waktunya untuk diketahui. Atau juga, bisa karena sesuatu yang tidak ingin diingat (mencoba melupakan), tiba-tiba teringatkan karena suatu perbuatan atau ucapan orang lain.

Namun, sering kali rasa tersinggung yang meletup, sulit dikontrol dan muncul dalam kondisi yang kurang tepat. Alih-alih berdamai dan mencari solusi, kebanyakan orang lebih memilih menggulung rasa tersinggung itu hingga melupakan dan melalaikan tugas dan fungsinya. Lebih parah lagi, karena setitik rasa tersinggung itu, banyak orang yang memutuskan tali silaturahim. Senyap dan hilang entah ke mana. Naudzubillah.

Ketika seseorang tersinggung, tentu saja ia dihadapkan pada dua pilihan. Marah atau memaafkan. Kedua-duanya memiliki konsekuensi tersendiri.

Sepertinya, hal kedua itu yang agaknya sulit untuk dilakukan. Kebanyakan ketika tersinggung, secara tidak sadar, marah menjadi pilihan utama ketimbang memberikan penjelasan atas apa yang telah menyinggung itu. Sepertinya bila tidak marah, seakan-akan ada sesuatu yang kurang.

Ada kalanya, sikap marah menjadi pilihan yang tepat agar orang yang menyinggung, mengerti bahwa apa yang dilakukan itu telah melukai. Namun sebuah pilihan yang bijak, bila pada akhirnya lebih memilih untuk meredam  amarah dan  memaafkan.

Syahdan, tak sedikit dari kita yang selalu menuntut untuk dipahami. Baik ucapan, tingkah, atau apa pun. Seolah-olah kita adalah sesuatu yang tidak boleh tergores. Kita lupa, bila kita harus memahami orang lain juga. Kita lupa, bila kita mempunyai saudara yang juga harus kita jaga perasaannya. Kita lupa, karena kita terlalu egois dalam berpikir.
Setiap manusia, di dunia pasti pernah sakit hati
Hanya yang berjiwa kesatria yang mau memaafkan..[]

Peru, 24 Agustus 2013
#KK

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 Just Kevin / Template by : Urang-kurai