(pict. doktergrafer.deviantarat)
Rasanya baru kemarin, ketika, sekumpulan remaja ‘generasi
ketiga’, duduk melingkar dalam sebuah diskusi malam. Mereka terbagi ke dalam dua
kelompok sesuai kelasnya, IPA dan IPS. Berawal dari keinginan untuk mempunyai
sebuah slogan kelas, kedua puluh sembilan pemuda itu nampak antusias memikirkan
hal tersebut.
Malam semakin temaram. Kantuk mulai menyerang. Satu dua
di antara mereka mulai berselonjoran. Ide demi ide coba diutarakan dalam secarik
kertas. Namun tak satu pun yang klop di hati. Ah.. nyatanya tak semudah yang digariskan.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kondisi demikian tak berangsur
lama. Di sudut IPS misalnya. Walau riuh menggaduh teu puguh, namun tak
menyurutkan si-ilham untuk menyambangi otak salah satu di antara mereka. “Kita
'kan sering berjanji. Ingin lebih baik,. Akan belajar semakin rajin. Atau janji-janji
yang lainnya. Tapi nyatanya, kita selalu melanggar. Ya sekarang, buktikan untuk
tidak lagi melanggar itu, atau mengkhianati janji yang terucap. Ya intinya JANGAN
JADI PENGKHIANAT.“
Senyum simpul pun tersungging serempak. Seakan ada
seberkas pradipta yang menerangi pekatnya padang inspirasi. Tak lama kemudian lahirlah
kalimat Don’t be a traitor.
Kini, lebih dari lima tahun memori itu tersimpan dan
teringat kembali saat melihat para perumus petuah tersebut di dunia maya. Rasa
senang, takjub, miris, dan sedih bercampur, meledak-ledak menjadi satu pertanyaan.
Adakah kita masih ingat kalimat itu? Slogan yang pada masanya selalu ditakbirkan
sebelum pelajaran dimulai? Atau yang seringkali terpampang di sudut atas papan
tulis?
Bandung, 13 Juni 2013
~KK~
dan inilah generasi ketiga itu
photo. fakhri fadhila facebook
0 komentar:
Posting Komentar