Seperti biasa, saya selalu berusaha untuk menghadiri pertemuan Weekly
Meeting LPB di sore hari. Hari ini kita belajar bahasa Arab, mata pelajaran
yang sering membuat saya kelepek-kelepek. Banyaknya aturan dalam berbahasa
membuat saya bingung sendiri. Heehee Tapi lambat laun setelah dijelaskan di
beberapa hal ada yang mulai saya pahami. Ketika mendengarkan Jalal dan Dahlan
mengajarkan materi, saya seperti kembali teringatkan ketika belajar bahasa Arab
waktu di SMP dulu.
Singkat cerita, pertemuan Weekly Meeting pun selesai, tentu saja
diikuti dengan kepala para anggota yang ngebul,, hahaa. Selepas menunaikan
salat Maghrib saya memilih untuk nongkrong di sekre, bersama Eki dan Lubby.
Dan cerita pun dimulai. Karena tak ada teman lagi untuk
berbincang-bincang saya mulai menengok tetangga. Eki seperti biasa, dia harus
latihan di Teater, sedangkan Lubby pulang. Pucuk dicinta ulampun tiba.
Bertemulah saya dengan seseorang, seseorang yang dari dulu ingin banget saya
ketahui siapa dia.
Awalnya saya basa-basi dulu dengan sekrumunan orang yang ada di
sana, tidak banyak hanya tiga orang (termasuk dia), lalu nambah satu lagi, lalu
nambah satu lagi, lalu nambah satu lagi… aarrrrgh gila halaman sekre puaaaadet
bgt. Tapi itu tak berangsur lama, satu persatu pulang ke peraduannya
masing-masing. Hehe, tinggalah saya berdua dengannya.
Sebut saja Atu (nama disamarkan), dia jurusan XXX. Masih sefakultas
dengan saya. Dia memiliki wajah yang begitu familiar, karena itulah saya ingin
tahu siapakah gerangan dirinya. Selain itu, dia juga seorang penulis. Saya tahu
itu dari teman saya yang mengagumi tulisan-tulisannya, mirip tulisan-tulisannya
Pidi Baiq katanya. Obrolan semakin seru manakala kita masing-masing
menceritakan beberapa pengalaman, dia dengan pengalaman Beswan Djarumnya dan
saya dengan pengalaman kerja, organisasi, kuliah, loh kok banyakan saya ya?
Malam pun semakin larut, obrolan semakin hangat, sesekali gelak
canda mewarnai obolan kita. Tapi karena sama-sama ingin pulang akhirnya kita
pun memutuskan untuk mengakhiri obrolan ini, tanpa ada janji untuk
melanjutkannya. Bahkan katanya salah satu keluarganya akan menjemputnya. Apa
boleh buat?
Setelah menutup sekre masing-masing, saya pun melangkah pulang
bersamanya. Keanehan terjadi, rumah dia itu di daerah Cilengkrang tapi minta
dijemput di Gang Desa, Cipadung. Saya kira itu hal yang membuang-buang waktu,
sebab sekre UKM saja berada di tengah-tengah keduanya. Kenapa tidak minta
dijemput di parkiran sekre saja?
Dengan santai dia menjawab, “Saya suka jalan-jalan, saya suka
pemandangan orang-orang di kegelapan, dengan kepadatan mobilnya, dan aktivitas
orang-orang di malam hari. Terasa sayang kalau dilewatkan begitu saja,”
Terdengar aneh, tapi terserah.
Pertanyaannya pun berlanjut.
“Terus kenapa Kakak malah jalan, gak langsung naik angkot aja?”
tanyanya menelisik.
“Emang kenapa?” jawab saya yang terasa ada makna di balik
pertanyaan itu.
Sambil melangkah tenang, ia mencoba mengklarifikasi. “Enggak,
biasanya yang namanya cowok itu gak suka kalau waktunya terbuang gitu ajah,
jalan kayak gini kan buang-buang waktu,” kilahnya.
“Eumh, ya terus kenapa atuh kamu juga malah milih jalan, mana
jalannya juga beda arah?” balasku sambil tertawa menang.
Dia hanya tersenyum. Mungkin dalam pikirannya dia berpikir kalau
saya tipe cowok yang pandai bersilat lidah. Walaupun sebetulnya saya agak speechless
saja dengan jawabannya. Tak mungkin pula kujawab, karena ingin lebih lama
menatapmu.
Momen perpisahan pun semakin dekat. Sambil menyebrang dia
menganjurkan saya untuk naik angkot.
“Udah Kak di sini ajah, Kakak bisa naik angkot sekarang!”
Mungkin saja dia berpikir kalau saya akan menunggu bersamanya
sampai kakaknya datang, atau saya akan menemaninya berjalan menyusuri malam di
daerah Gang Desa itu. Dengan cepat saya menjawab, “Ya iyalah, saya kan bukan
tipe lelaki yang suka buang-buang waktu,”
Dia pun berlalu setelah kita saling mengucapkan terimakasih atas
momen yang berkesan ini. Tentu saja sambil tersenyum atas reaksi dari jawaban
saya tadi. Mungkin dalam benaknya, tersirat perasaan seperti ini, Ciih,
benar-benar cowok yang pandai bersilat lidah. []
Peru,
24/10/2013
0 komentar:
Posting Komentar