Suatu ketika, ada tiga ekor burung
yang sedang bertengger di pepohonan. Burung-burung tersebut tidak pernah keluar
dari area pohon itu. Sebab, begitu melimpahnya makanan di pohon tersebut. Ada
banyak bebijian dan serangga yang senantiasa cukup memenuhi kebutuhan hidup
mereka.
Namun, salah satu dari burung-burung
itu menyadari bila kehidupannya akan jauh lebih menarik bila ia terbang dan
keluar dari zona nyamannya. Ia juga merasa berhak untuk terbang dari satu
tempat ke tempat yang lain. Dan ia benar-benar ingin melakukannya.
Pertanyaannya adalah, setelah salah
satu burung itu mempunyai keinginan untuk terbang, kini ada berapa jumlah
burung yang tersisa di pohon tersebut? Adakah burung tersebut tetap berjumlah
tiga atau berkurang satu?
Ternyata jawabannya tetap tiga.
Kenapa? Karena satu burung yang ingin terbang itu tidak pernah melaksanakan
keinginannya. Bukan, bukan karena tidak bisa. Sayapnya yang cukup lebar
sebenarnya mampu-mampu saja membuatnya terbang tanpa henti. Namun, burung
tersebut memang tidak melakukannya, ia hanya berkeinginan tanpa mau melakukan..
Syahdan, fabel di atas seakan menjadi ilustrasi kehidupan kita sehari-hari.
Mungkin tak terhitung jumlahnya, berapa banyak rasa ingin yang berkecamuk dalam
dada kita. Seringkali kita memimpikan banyak hal, menulis target dalam jangka
waktu tertentu, namun mengapa kehidupan kita seolah begitu-begitu saja? Datar
dan seakan tak ada yang berubah?
Mungkin kita bisa mencari jawabannya
dari usaha apa yang telah kita kerahkan untuk memenuhi keinginan tersebut.
Seberapa besar usaha kita untuk meraih impian, cita-cita, atau target yang
telah dicanangkan? Sudahkah kita melakukannya satu persatu? Atau kita masih
duduk ditempat sambil melamunkan hal yang ingin dilakukan?
Ada satu singkatan yang cukup populer
dikalangan aktivis, yaitu NATO. No action Talk Only. Atau dalam bahasa alaynya,
omdo, Ngomong doang. Rapat weh habeun (rapat terus). Nah orang-orang
yang seperti itulah yang tidak akan pernah meraih kesuksesannya.
Contoh lainnya, seorang pemabuk
sudah mempunyai keinginan untuk tak minum kembali. Tapi dari hari ke hari,
jumlah botol yang ia tenggak makin ke sini makin banyak. Nah, orang yang
seperti itulah yang disebut NATO. Bila dibiarkan sikap seperti ini, bukan hal yang
tidak mungkin kepercayaan orang yang terbangun lama kelamaan akan terkikis dan
habis. Naudzubillah.
Bermimpi memang penting, tapi
melaksanakan mimpi itu jauh lebih penting ketimbang tidak melakukan apa pun. []
*cerita ini terinspirasi dari pertemuan Weekly Meeting LPB
Dua Saudara, 21 November 2013
~KK
0 komentar:
Posting Komentar