(pict. edidermawan.blogspot)
Ya Allah, Ya Tuhanku, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dengan menyebut asma-Mu, aku bersimpuh dalam lautan dosa yang kerap melumpuhkan hati.
Sungguh tahun-tahun ini perasaan yang tak
menentu selalu membayangi rutinitas iman. Pasang surutnya ketaatan, jelas
terasa ketika emosi dan prasangka menyatu dalam langkah dan pikiran. Bahkan tak jarang, letupan
angkara mulai menguasai jiwaku. Sungguh aku makhluk berdosa yang tak tahu diri.
Waktu terus bergulir tanpa bisa dicegah. Anak
panah terus melesat tanpa bisa ditarik kembali dari busurnya. Tapi tiap detik
yang berlalu, hanya dosa dan dosa yang
selalu kulakukan tanpa henti. Ah Tuhan, masihkah Engkau menyayangiku?
Aku bukan makhluk yang pandai bercermin. Juga
bukan makhluk yang bisa berkaca. Hanya seorang makhluk yang selalu berdandan
pongah di depan tembok. Dengan lumpur sebagai bedak dan darah sebagai lipstik.
Bodohnya aku ketika menyangka Engkau akan menerimaku dengan tangan terbuka. Siapa
pula yang mau menerima amalan seperti itu?
Tuhan, cinta yang kupendam selama ini, telah
mengubahku menjadi orang yang sangat pencemburu. Aku cemburu bila
melihat orang-orang yang masih istiqamah pergi ke masjid untuk sekadar menunaikan
salat fardu secara berjamaah. Aku juga cemburu bila melihat sahabat-sahabatku
rutin membaca al-Mathsurat selepas Subuh dan Asar. Tentu saja, aku iri melihat
orang-orang masih menyempatkan waktu untuk membaca dan mengkaji Alquran saban
detiknya. Bahkan tak jarang aku melihat mereka menghafalkan ayat-ayat-Mu.
Akhir-akhir ini
juga aku merasa cemburu kepada mereka yang tetap berpegang teguh pada
perjalanan risalah ketauhidan. Tanpa lelah, mereka masih punya waktu menambah
amalan wajib mereka dengan hal-hal yang sunnah, tanpa tercampur dari koridor
bid’ah. Aku benar-benar cemburu, tanpa bisa berbuat apa-apa. []
~KK~
0 komentar:
Posting Komentar