(pict. katakataku.com)
Membuka kembali
catatan yang tersimpan setahun lamanya.. Terlepas dari beragam perbedaan waktu
saum.. marilah sejenak kita merenung, akan saum yang akan dijalani ini...
Allahu Akbar…
Allaaaaaaaaaaahu Akbar..
SEPERTI biasa, lantunan adzan bersahutan dari satu
masjid ke masjid yang lainnya. Entah ada apa, hampir seluruh masyarakat
sekonyong-konyong berbondong-bondong dengan balutan busana Muslim pergi ke
masjid terdekat, mulai itu dari bocah-bocah kecil, para pemuda, hingga mereka
yang sudah berusia lanjut.
TERPANCAR rona kegembiraan dalam hatiku melihat semua
ini. Andai bukan di bulan ini saja situasi ini terjadi, pastilah hidup semakin
indah… Namun entah mengapa, ada rasa heran merasuk halus lalu bergumul di
pikiran. Kemana sajakah mereka selama ini ? Mengapa mereka begitu tega
membiarkan masjid-masjid hanya terisi satu hingga dua baris setiap kali salat?
Sedangkan di waktu yang sama, tanpa rasa bersalah mereka pergi ke tempat-tempat
yang justru membuat mereka lupa akan Tuhannya, bahkan terlena oleh sajian
gemerlapnya dunia.
ADAKAH rasa malu di hati mereka, setelah sekian lama
mereka meninggalkan dan tak bersujud di rumah-Nya? Kini di detik-detik
penyambutan bulan ini, mereka datang mengharap sejuta cinta Rabbana yang telah
mereka lupakan, bahkan yang telah mereka duakan.
MASIH adakah secuil penyesalan yang hinggap di hati
mereka? Karena seringkali menempatkan kepuasan nafsunya di atas segalanya.
Hingga hidupnya dihabiskan untuk memuaskan nafsu-nafsu yang sebenarnya takkan
pernah terpuaskan.
SEMAKIN dalam aku bertanya, sedalam itu pulalah aku pun
menyadari ke Maha Pemurahan-Nya. Bagaimana tidak, pembangkangan yang luar biasa
yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya dibalas indah dengan memberikan kesempatan
pada mereka-mereka yang masih dan mau menghamba kepada-Nya untuk memperbaiki
serta meningkatkan kualitas penghambaannya.
DALAM menyambut detik-detik yang sangat ditunggu kaum
muslimin ini. Aku teringat sebuah panjatan do’a malaikat Jibril sesaat
menyambut bulan yang agung ini, sungguh do’a yang begitu menyentuh hati.
Malaikat Jibril berdo’a agar tidak menerima saumnya umat Rasulullah, manakala
seorang suami yang belum bermaafan dengan istrinya, seorang anak yang belum
berma’afan dengan kedua orang tuanya, dan seorang Mu’min yang belum bermaafan
dengan Mu’min lainnya. Lalu Rasulullah pun meng-amini permintaan malaikat
jibril ini.
Seketika itu leburlah semua egoku. lelehlah air mata
kehinaanku. Tersadar jelas akan eksistensi diri selaku makhluk bahwa diri ini
lemah, bahwa aku butuh dengan-Nya. Setiap detik.
MALAM pun semakin larut dengan dendangan shalawat dan
do’a yang dipanjatkan khidmat mengisi detik-detik penyambutanku akan datangnya
tamu agung ini, tamu yang diperuntukan khusus dari Sang Pencipta bagi ummat-Nya
yang beriman. Tamu yang didalamnya memiliki sejuta kelipatan dan keutamaan.
Tamu yang memiliki pahala di setiap detik, menit, dan jamnya. Tamu yang di mana
dapat mempersatukan ukhuwah Islamiyah
umat Nabiullah. Tak lain tamu itu ialah “Bulan Suci Ramadhan”. MARHABAN YAA
RAMADHAN, selamat datang bulan Ramadhan.
Bandung, 10 Juli 2013
~KK
0 komentar:
Posting Komentar